menu

Minggu, 16 Maret 2014

Kerajinan Tangan dan Seni Rupa


Bagaimana Keluarga Menyiasati Teknologi?
oleh Jajang Suryana (Dimuat dalam Bali Post)
@rupasenirupa.blogspot.com

Perkembangan perangkat teknologi kita rasakan sangat pesat. Jika kita menengok kebelakang, teve dikenal sebagai “kotak ajaib”. Jaman dulu teve ini hanya dimilki oleh orang-orang tertentu saja atau orang yang memilki ekonomi menengah ke atas. Bahkan jika kita menengok kebelakang lagi, ada salah satu alat yang bisa ngomong. Alat itu dianggap kebanyakan orang sebagai “benda aneh” yang bisa mengeluarkan suara dari dalam benda tersebut. “benda aneh” itu kita kenal sebagai radio. Menikmati radio hanya memberikan kepuasan audio saja sedangkan teve dapat memberikan kepuasaan dua-duanya yaitu audio dan visual. Namun perubahan cara pandang jaman masyarakat sekarang dengan masyarakat dulu sudah berubah 180 derajat. Kini tidak hanya teve ataupun radio yang sudah menjadi barang yang sangat mudah ditemui ditiap-tiap rumah, bahkan sekarang ini sudah mulai merambak yang namanya computer/laptop. Computer atau laptop saat ini sudah memberikan fasilitas internet di dalamnya. Jadi sekarang ini tidak hanya orang yang ahli dalam computer yang dapat menggunakan barang tersebut namun anak-anak jaman sekarang sudah mahir dalam mengoprasikannya. Tidak jarang acara-acara di teve dapat menjadi contoh bagi anak-anak dalam melakukan aktivitasnya, melainkan juga dapat menjadi panutan. Acara teve digemari oleh semua kalangan baik dari anak-anak sampai kakek nenek. Tak jarang mereka selalu berebut untuk menonton acara kesukaannya. Banyak para ibu-ibu yang tidak sungkan-sungkan menceritakan dampak yang ditimbulkan anaknya setiap anaknya menonton acar teve. Beragam jenis dampak sudah disebutkan oleh para orang tua, mulai dari dampak positif bahkan juga dampak negative. Namun, yang menjadi pertanyaan kita semua adalah mengapa dampak itu terus terjadi? Apakah para orang tua tidak pernah peka terhadap dampak-dampak yang mereka sudah dengar? Dampak positif yang ditimbulkan tidak menjadi masalah, namun jika dampak negative yang terus menerus ditimbulkan apakah tidak ada rasa cemas di hati orang tua? Pertanyaan-pertanyaan ini baiknya menjadi renungan terhadap paraorang tua dalam menyiasati dampak dari acara teve tersebut.
Beralih dari dampak yang ditimbulkan dari teve, kita sekarang akan membahas si “kotak elektronik” yaitu computer. Sekarang ini computer sudah banyak memberikan fasilitas-fasilitas di dalamnya yang sangat digemari oleh para pengguna. tidak hanya orang yang ahli yang bisa menggunakan “kotak elektronik: ini melainkan anak-anak kecil jaman sekarang sudah sangat mahir dalam mengoprasikannya. Fasilitas-fasilitas yang menjadi fokus utama oleh sebagian orang adalah aplikasi games dan juga aplikasi internetnya. Dengan memasyarakatnya internet, menjadi lahan perluasan jenis hiburan, terutama, bagi anak-anak. Dunia maya, dunia yang dibangun dalam format digital, telah menjadi dunia penikmatan imajinasi anak-anak. Penemuan teknologi 3D yang semakin sempurna telah menolong para gamer untuk mengembara mengikuti hayalan para programer aneka jenis mainan. Yang menjadi prioritas utama dalam pemanfaatan teknologi adalah memberikan dampak yang baik bukan malah sebaliknya. Banyak software computer dapat mendukung/menunjang proses pembelajaran. Pembelajaran dirancang menjadi interaktif lengkap dengan gerak (animasi), suara, dan bahkan komunikasi aktif antara mesin (komputer) dengan pengguna program. Tidak jarang programmer game menyelundupkan aksinya kedalam pembuatan action figure dari mainan-mainan yang sudah popular. Hal ini akan sangat menjadi daya tarik yang luar biasa bagi anak, dan lebih parahnya lagi jika teman sebayanya sudah mempunyai action figure yang lengkap maka tak jarang menimbulkan rasa menginginkan hal yang sama. Orang tua tak bisa menahan hasrat anak-anak untuk secara terus-menerus melengkapi koleksi benda-benda kesukaan yang kemudian akan menjadi benda kebanggaan anak di antara lingkungan temannya. Lingkungan teman sebaya telah lebih kuat memberi pengaruh kepada mereka.

Komentar:
Berdasarkan keterangan di atas yang mengatakan adanya dampak-dampak yang ditimbulkan dari teve, internet dan juga games. Memang benar, dari penjelasan di atas sudah sebagian besar terjadi dilingkungan kita. Seperti contoh, teve sudah sangat digemari oleh anak-anak. Tidak hanya anak-anak yang menggemari/mempunyai jagoan acaranya, para orang tua juga tidak mau kalah dalam ambil bagian dalam mempunyari jagoan acara juga. Kita ambil contoh, para ibu-ibu tidak segan-segan untuk berebut teve demi menonton acara jagoannya. Tidak hanya berhenti disitu saja, para anak-anak juga menirukan aksi jagoannya dalam acara teve khususnya kartun. Banyak dampak yang ditimbulkanm seperti jika mereka sedang menonton acara kesukaannya, tidak boleh ada iklan dan harus berlanjut dan mereka berlagak seperti tokoh yang ada dalam kartun tersebut, seperti pakaian, asesoris, dan lain-lain. Namun, yang lebih ironisnya lagi adalah menirukan “aksi” jagoaanya dalam kehidupan sehari-hari, seperti berkelahi, dan lain-lain. Dampak yang hampir sama juga ditimbulkan oleh internet/games. Banyak anak-anak sekarang yang lebih senang menghabiskan waktunya untuk berada di depan layar computer sambil ngebrowsing, game online, dan juga tak jarang dari mereka yang belum disediakan computer dirumahnya, mereka lebih memilih untuk ke warnet (warung internet). Mereka lebih senang menghabiskan waktunya di warnet. Saya sering menemukan jika saya sedang ke warnet, banyak anak-anak kecil yang sudah nongkrong di salah satu meja warnet. Tak lain dan tak bukan adalah untuk bermain game online. Dampak yang sangat menonjol ditimbulkan dari kejadian ini adalah, lupa akan waktu belajar, lupa akan waktu sekolah, kurang suka bergaul dengan teman sebaya, lebih suka menyendiri, dan masih banyak dampak lain yang ditimbulkan. Dalam menyiasati teknologi yang sudah semakin merambak ini, para orang tua tidak bisa bekerja sendiri untuk menanggulanginya, namun diperlukan adanya kekompakan semua anggota keluarga  dalam menanggulanginya. Orang tua adalah pengawas, pemilah, dan sekaligus fasilitator bagi kebutuhan eksplorasi anak. Biarkanlah anak mengurusi dunianya. Orang tua tidak bijaksana bila turut campur menentukan isi dunia anak. Jadilah wasit yang bertanggung jawab, yang bisa memfasilitasi lalu lintas imajinasi anak. Bukankah ketika kita, para orang tua, masih dalam usia anak-anak, kita selalu diberi kebebasan bermain, dan lahan bermain kita tidak pernah dijarah orang tua kita. Cara menanggulangi dampak teknologi adalah sebagai berikut:
a.       Cara mengatasi kecanduan teve pada anak:
1.      Buat kesepakatan dengan anak dalam hal menentukan jam menonton tv
Kesepakatan ini harus benar-benar dilaksanakan dengan serius dengan kata lain tidak bolong-bolong. Mengingat besarnya dampak yang ditimbulkan dari kecanduan menonton tv.
2.      Membatasi acara yang ditonton anak
Dengan memnbatasi acara yang ditonton anak maksudnya adalah menentukan acara yang layak atau sesuai umurnya yang boleh ditonton. Seperti contoh jika anak diberikan tontonan tiidak sesuai dengan umurnya maka hal-hal yang ditakuti oleh orang tua akan muncul, seperti dewasa sebelum waktunya, dan lain-lain. Namun, stasiun-stasiun tv sekarang sudah sangat jelas menampakkan di layar kaca tv tentang umur, seperti ada tulisan “BO” dan lain-lain.
3.      Mengarahkan pada kegiatan outdoor
Mengarahkan kegiatan outdoor sama dengan mengembangkan hobi. Dengan memilki hobi yang cukup banyak, maka sedikit demi sedikit akan melupakan kecanduaanya terhadap tv. Usahakan kegiatan outdoor ini menyenangkan, sehingga menarik perhatian anak untuk melakukannya lagi.
Dari dampak-dampak yang ditimbulkan di atas kebanyakan dampak negative. Namun, kita tidak boleh melupakan dampak-dampak positif yang ditimbulkan dari menonton tv, seperti memberikan pengetahuan yang lebih optimal dengan cara melibatkan indra mata dan telingga, membuka cara berpikir seseorang dalam menyikapi berbagai fenomena yang ada, mampu mengetahui berbagai macam keadaan yang jauh tempatnya, dan yang lebih utama lagi adalah banyak para ahli berpendapat bahwa televisi bisa digunakan sebagai media pembelajaran guna menunjang proses pembelajaran. Sekolah-sekolah saat ini sudah banyak menggunakan tv sebagai media pembelajaran guna menunjang proses pembelajaran dan juga mencapai tujuan yang ingin dicapai. Namun, perlu diingat bahwa tidak semua mata pelajaran bisa menggunakan tv sebagai media pembelajaran.


b.      Cara mengatasi kecanduan Internet/games pada anak:
1.      Mengembangkan hobi
Mengembangkan hobi dapat membantu menjaga pikiran dari surfing internet. Tentunya hobi yang dikembangkan bukan hobi internetan. Memiliki hobi tidak hanya menghemat dari bahaya kecanduan internet, tetapi juga memiliki pengaruh positif pada kehidupan anak secara keseluruhan. Pikiran kita selalu memerlukan sesuatu atau hal yang lain untuk tetap terlibat. Seseorang rentan terhadap kecanduan jika ia tidak belajar bagaimana untuk melibatkan pikiran dalam sesuatu yang berharga. Hobi bukan hanya gangguan atau pencegah dari kecanduan, dapat mengubah keadaan pikiran anda dan dapat membuat anda lebih bahagia. Hobi tidak hanya akan membantu anda menyingkirkan kecanduan, tetapi juga mengubah pandangan anda terhadap kehidupan. Perlu diingat bahwa, pengembangan hobi anak juga harus diperhatikan. Kita dapat memfasilitasi hobi anak jika itu memang diaangap perlu (untuk keperluan lomba/diperlombakan) namun bukan berarti hobi yang tidak diperlombakan tidak perlu memenuhi fasilitasnya, namun kadarnya agak dikurangi. Pengembangan hobi harus dilakukan secara optimal agar memberikan kegiatan yang lebih banyak dan sedikitnya waktu luang untuk memikirkan ke arah intternetan lagi.
2.      Bicarakan dengan anak sedini mungkin dari hati ke hati. Tanyakan kepada anak apa yang ia rasakan saat main game? Kemudian ingatkan yang ia rasakan dengan nilai-nilai mata pelajaran yang akhir-akhir ini ia peroleh. Dari kedua pertanyaan itu, sambungkan pertanyaan anada ke hal yang lebih spesifik misalnya saja tentang cita-cita yang ia ingin capai. Katakana pada anak jika ia terus melakukan hal seperti itu, maka yang ia dapatkan hanyalah kerugian semata. Buatlah kesepakatan dengan anak untuk membatasi waktu bermain game dan sepakati bersama tentang hukumannya jika anak melanggarnya (tentunya perlu digaris bawahi bukan hukuman fisik).
3.      Luangkan waktu untuk bermain dengan anak.
      Sering-seringlah para orang tua untuk meluangkan waktunya untuk anak. Jangan hanya mengurusi pekejaan saja, namun melupakan hal yang menjadi prioritas utama anak dalam hal “kasih sayang”. Kasih sayang tidak hanya diberikan secara materil saja melainkan non materil. Non materil ini seperti rasa kasih sayang, rasa peduli, dan dapat meluangkan waktu. Jangan salahkan anak jika anak lebih dekat dengan games yang ada di computer melainkan dengan anda sendiri selaku orang tua. Jadi, orang tua yang bijaksana dapat memberikan waktu luang untuk anak-anaknya meskipun sesibuk-sibuknya mereka.
4.      Memberikan kata-kata positif kepada anak
Memberikan kata-kata positif disini bermaksud untuk mempertahankan/meningkatkan perilakunya, atau bisa  disebut juga dengan penguatan positif. Seperti contoh, jika ia sudah bisa sedikit demi sedikit merubah prilakunya dalam hal bermain game berikan ia sedikit pujian. “nah, kan lebih bagus kalau kamu tidak hanya bermain dengan computer saja, kamu bisa bermain dengan teman-temanmu dan kamu bisa memiliki banyak teman”. Namun, perlu diingat pujian tidak dapat diberikan setiap anak, melainkan pada waktu-waktu tertentu saja, hal ini dikarenakan akan membuat anak merubah tingkah lakunya berdasarkan menginginkan pujian dari orang tua bukan berdasarkan kemauannya sendiri.
5.      Mengajak anak untuk meningkatkan spritualitasnya
Para orang tua dapat mengajak sang anak untuk beribadah bersama ke tempat peribadatan. Tujuan utamanya adalah memberinya lingkungan positif, hangat dan penuh perhatian. Justru disini anak membutuhkan sosok yang ia harus teladani. Sebagai orang tua yang baik, jika ingin mengajarkan agama kepada anak-anaknya, perlu menjadi contoh yang teladan agar mudah diteladani. Tidak bisa hanya asal menyuruh atau mengajak namun memberikan contoh yang baik dan real.
Hasil Review dan komentar dari Ketut Andi Prahasta (1211031024) kelas A, PGSD semester  IV. Dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah kerajinan tangan dan seni rupa.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar