menu

Kamis, 13 Maret 2014

Pendidikan Seni Rupa 2


Teori Seni Rupa Barat

Seni merupakan cipta, rasa dan karsa yang memiliki nilai keindahan. Seni juga dapat diartikan suatu imajinasi seseorang. Pengertian seni itu relatif tergantung dari sudut orang yang memandang. Setiap goresan yang dihasilkan itu memiliki makna tersendiri. Seni yang mengutamakan unsur gerak disebut seni Tari sedangkan seni yang mengutamakan unsur bentuk disebut seni Rupa. Teori umum seni rupa menurut seni rupa barat dapat dibedakan menjadi dua yaitu seni murni dan seni terapan.  

1.Seni Murni:
Seni murni merupakan seni yang dibuat untuk mengekspresikan nilai budaya dan keindahan. Artinya, seni murni tidak memiliki fungsi lain selain sebagai hiasan. seni yang tercipta bebas tanpa mempertimbangkan segi fungsi dan kegunaannya. Tetapi lebih mengutamakan fungsi keindahan. Karya seni rupa murni diciptakan khusus berdasarkan kreativitas dan ekspresi pribadi pembuatnya. Tetapi apa yang disebut Seni Murni pada awal penciptaannya bisa saja bergeser menjadi seni terap(an) ketika sebuah karya seni murni itu dapat dilihat dari segi lain. Artinya bahwa karya seni yang dulunya hanya sebagai fungsi keindahan saja kini sudah bisa mengalihkan fungsinya menjadi ganda yaitu bisa sebagai keindahan (fungsi estetik) dan juga bisa sebagai fungsional (dapat memenuhi kebutuhan hidup manusia). Tidak dapat dipungkiri bahwa, karya seni yang diciptakan sekarang ini lebih banyak menganut dua fungsi sekaligus yaitu fungsi estetetis dan juga fungsional. Namun perlu diingat bahwa tidak semua hasil karya seni murni dapat difungsikan ganda, namun ada beberapa karya seni murni yang tidak bisa digandakan fungsinya, contoh lukisan, seni patung, seni kaligrafi, seni graffiti, dan lain sebagainya.

         2. Seni Terap(an):
Seni Terap(an) adalah hasil karya seni yanglebih mengutamakan kegunaannya atau fungsi pakainya disamping dapat dinikmati mutu seninya. Seni terap(an) ini dapat memiliki fungsi ganda. Sudah barang tentu bahwa hasil dari seni terap(an) ini dapat memiliki fungsi pragmatis (memenuhi keperluan hidup manusia) dan juga fungsi estetis. Membuat karya seni rupa terapan tidak sebebas membuat karya seni rupa murni karena di dalamnya harus mempertimbangkan persyaratan-persyaratan tertentu, seperti syarat keamanan (security), kenyamanan (comfortable), dan keluwesan dalam penggunaan (flexibility). Jadi, initinya seni terap(an) ini memiliki fungsi untuk memenuhi kebutuhan fisik dan psikologis (kejiwaan) manusia yang tidak hanya bisa di pandang keindahannya, namun juga dapat di pergunakan dalam kehidupan sehari-hari. Seni rupa terapan memiliki fungsi guna atau pakai. Artinya selain sebagai benda yang bernilai seni (artistik) juga sebagai benda yang indah (estetis) dan dapat digunakan untuk kepentingan manusia.
Adapun pembagian hasil seni dari seni murni dan seni terap(an), sebagai berikut:
Seni Murni
Seni Terap(an)
Pure Art
Fine Art
Applied Art
Seni Lukis
Seni Bangun
Seni Patung
Seni Tenun
Seni Arsitektur
Seni Krya
Seni Pahat
Seni Batik
Seni Grafiti
Seni Baliho (Reklame)
Seni Kaligrafi
Seni Famplet (Reklame)
Seni Dekorasi
Seni Poster (Reklame)
Seni Grafis
Seni Pahat
Seni Fotografi
Seni Grafis
Seni Ukir
Seni Fotografi

Seni Ukir
Note : yang termasuk ke dalam seni krya adalah logam, kayu, fiber, plastic, batuan, keramik, tanah liat, batik, tekstil.
Selain dapat dilihat dari fungsinya, seni juga dapat dilihat dari segi yang lain, seperti “kelas sosial”. Maksud dari kelas sosial ini adalah penyebutan nama dari seniman tersebut. Bukan karena hasil lukisannya. Hasil lukisannya justru sangat berbeda meskipun mendiami satu tempat yang sama. Seperti contoh orang kota (pekota) sering menyebut hasil lukisannya sebagai design dan mereka sering menyebut dirinya sebagai seniman. Orang kota (pekota) beranggapan bahwa teori seni rupa kebanyakan dibuat oleh orang kota. Lain halnya dengan seniman yang berasal dari desa (pedesa), mereka tidak menginginkan/ tidak berharap agar disebut dengan panggilan seniman, namun mereka sering disebut oleh orang pekota sebagai “artisan” (perajin, tukang, kriyawan). Hal ini dilatarbelakangi oleh harus adanya jarak di antara orang kota dan orang desa. Orang kota tidak mau untuk disama-samakan dengan orang desa baik itu dari penyebutan nama, hasil karyanya, dan lain sebagainya. Menurut hasil karyanya orang kota tidak selalu lebioh bagus hasil karyanya dibandingkan dengan orang desa. Hasil karya seorang seniman justru berbeda-beda meskipun mendiami tempat yang sama sekalipun. Jadi diharapkan bagi seniman-seniman muda sekarang, agar menghilangkan paradigm berpikir seperti itu agar semua seniman dapat saling menghargai dan tidak adanya jarak yang menghalangi. Masalah karya mana karya seni yang lebih bagus itu tidak hanya dapat diukur oleh dimana orang itu tinggal melainkan bagaimana ia membuat, menekuni, menghayati dan bertanggung jawab atas setiap lukisannya. Terima Kasih.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar