menu

Minggu, 16 Maret 2014

Kerajinan Tangan dan Seni Rupa


Bagaimana Keluarga Menyiasati Teknologi?
oleh Jajang Suryana (Dimuat dalam Bali Post)
@rupasenirupa.blogspot.com

Perkembangan perangkat teknologi kita rasakan sangat pesat. Jika kita menengok kebelakang, teve dikenal sebagai “kotak ajaib”. Jaman dulu teve ini hanya dimilki oleh orang-orang tertentu saja atau orang yang memilki ekonomi menengah ke atas. Bahkan jika kita menengok kebelakang lagi, ada salah satu alat yang bisa ngomong. Alat itu dianggap kebanyakan orang sebagai “benda aneh” yang bisa mengeluarkan suara dari dalam benda tersebut. “benda aneh” itu kita kenal sebagai radio. Menikmati radio hanya memberikan kepuasan audio saja sedangkan teve dapat memberikan kepuasaan dua-duanya yaitu audio dan visual. Namun perubahan cara pandang jaman masyarakat sekarang dengan masyarakat dulu sudah berubah 180 derajat. Kini tidak hanya teve ataupun radio yang sudah menjadi barang yang sangat mudah ditemui ditiap-tiap rumah, bahkan sekarang ini sudah mulai merambak yang namanya computer/laptop. Computer atau laptop saat ini sudah memberikan fasilitas internet di dalamnya. Jadi sekarang ini tidak hanya orang yang ahli dalam computer yang dapat menggunakan barang tersebut namun anak-anak jaman sekarang sudah mahir dalam mengoprasikannya. Tidak jarang acara-acara di teve dapat menjadi contoh bagi anak-anak dalam melakukan aktivitasnya, melainkan juga dapat menjadi panutan. Acara teve digemari oleh semua kalangan baik dari anak-anak sampai kakek nenek. Tak jarang mereka selalu berebut untuk menonton acara kesukaannya. Banyak para ibu-ibu yang tidak sungkan-sungkan menceritakan dampak yang ditimbulkan anaknya setiap anaknya menonton acar teve. Beragam jenis dampak sudah disebutkan oleh para orang tua, mulai dari dampak positif bahkan juga dampak negative. Namun, yang menjadi pertanyaan kita semua adalah mengapa dampak itu terus terjadi? Apakah para orang tua tidak pernah peka terhadap dampak-dampak yang mereka sudah dengar? Dampak positif yang ditimbulkan tidak menjadi masalah, namun jika dampak negative yang terus menerus ditimbulkan apakah tidak ada rasa cemas di hati orang tua? Pertanyaan-pertanyaan ini baiknya menjadi renungan terhadap paraorang tua dalam menyiasati dampak dari acara teve tersebut.
Beralih dari dampak yang ditimbulkan dari teve, kita sekarang akan membahas si “kotak elektronik” yaitu computer. Sekarang ini computer sudah banyak memberikan fasilitas-fasilitas di dalamnya yang sangat digemari oleh para pengguna. tidak hanya orang yang ahli yang bisa menggunakan “kotak elektronik: ini melainkan anak-anak kecil jaman sekarang sudah sangat mahir dalam mengoprasikannya. Fasilitas-fasilitas yang menjadi fokus utama oleh sebagian orang adalah aplikasi games dan juga aplikasi internetnya. Dengan memasyarakatnya internet, menjadi lahan perluasan jenis hiburan, terutama, bagi anak-anak. Dunia maya, dunia yang dibangun dalam format digital, telah menjadi dunia penikmatan imajinasi anak-anak. Penemuan teknologi 3D yang semakin sempurna telah menolong para gamer untuk mengembara mengikuti hayalan para programer aneka jenis mainan. Yang menjadi prioritas utama dalam pemanfaatan teknologi adalah memberikan dampak yang baik bukan malah sebaliknya. Banyak software computer dapat mendukung/menunjang proses pembelajaran. Pembelajaran dirancang menjadi interaktif lengkap dengan gerak (animasi), suara, dan bahkan komunikasi aktif antara mesin (komputer) dengan pengguna program. Tidak jarang programmer game menyelundupkan aksinya kedalam pembuatan action figure dari mainan-mainan yang sudah popular. Hal ini akan sangat menjadi daya tarik yang luar biasa bagi anak, dan lebih parahnya lagi jika teman sebayanya sudah mempunyai action figure yang lengkap maka tak jarang menimbulkan rasa menginginkan hal yang sama. Orang tua tak bisa menahan hasrat anak-anak untuk secara terus-menerus melengkapi koleksi benda-benda kesukaan yang kemudian akan menjadi benda kebanggaan anak di antara lingkungan temannya. Lingkungan teman sebaya telah lebih kuat memberi pengaruh kepada mereka.

Komentar:
Berdasarkan keterangan di atas yang mengatakan adanya dampak-dampak yang ditimbulkan dari teve, internet dan juga games. Memang benar, dari penjelasan di atas sudah sebagian besar terjadi dilingkungan kita. Seperti contoh, teve sudah sangat digemari oleh anak-anak. Tidak hanya anak-anak yang menggemari/mempunyai jagoan acaranya, para orang tua juga tidak mau kalah dalam ambil bagian dalam mempunyari jagoan acara juga. Kita ambil contoh, para ibu-ibu tidak segan-segan untuk berebut teve demi menonton acara jagoannya. Tidak hanya berhenti disitu saja, para anak-anak juga menirukan aksi jagoannya dalam acara teve khususnya kartun. Banyak dampak yang ditimbulkanm seperti jika mereka sedang menonton acara kesukaannya, tidak boleh ada iklan dan harus berlanjut dan mereka berlagak seperti tokoh yang ada dalam kartun tersebut, seperti pakaian, asesoris, dan lain-lain. Namun, yang lebih ironisnya lagi adalah menirukan “aksi” jagoaanya dalam kehidupan sehari-hari, seperti berkelahi, dan lain-lain. Dampak yang hampir sama juga ditimbulkan oleh internet/games. Banyak anak-anak sekarang yang lebih senang menghabiskan waktunya untuk berada di depan layar computer sambil ngebrowsing, game online, dan juga tak jarang dari mereka yang belum disediakan computer dirumahnya, mereka lebih memilih untuk ke warnet (warung internet). Mereka lebih senang menghabiskan waktunya di warnet. Saya sering menemukan jika saya sedang ke warnet, banyak anak-anak kecil yang sudah nongkrong di salah satu meja warnet. Tak lain dan tak bukan adalah untuk bermain game online. Dampak yang sangat menonjol ditimbulkan dari kejadian ini adalah, lupa akan waktu belajar, lupa akan waktu sekolah, kurang suka bergaul dengan teman sebaya, lebih suka menyendiri, dan masih banyak dampak lain yang ditimbulkan. Dalam menyiasati teknologi yang sudah semakin merambak ini, para orang tua tidak bisa bekerja sendiri untuk menanggulanginya, namun diperlukan adanya kekompakan semua anggota keluarga  dalam menanggulanginya. Orang tua adalah pengawas, pemilah, dan sekaligus fasilitator bagi kebutuhan eksplorasi anak. Biarkanlah anak mengurusi dunianya. Orang tua tidak bijaksana bila turut campur menentukan isi dunia anak. Jadilah wasit yang bertanggung jawab, yang bisa memfasilitasi lalu lintas imajinasi anak. Bukankah ketika kita, para orang tua, masih dalam usia anak-anak, kita selalu diberi kebebasan bermain, dan lahan bermain kita tidak pernah dijarah orang tua kita. Cara menanggulangi dampak teknologi adalah sebagai berikut:
a.       Cara mengatasi kecanduan teve pada anak:
1.      Buat kesepakatan dengan anak dalam hal menentukan jam menonton tv
Kesepakatan ini harus benar-benar dilaksanakan dengan serius dengan kata lain tidak bolong-bolong. Mengingat besarnya dampak yang ditimbulkan dari kecanduan menonton tv.
2.      Membatasi acara yang ditonton anak
Dengan memnbatasi acara yang ditonton anak maksudnya adalah menentukan acara yang layak atau sesuai umurnya yang boleh ditonton. Seperti contoh jika anak diberikan tontonan tiidak sesuai dengan umurnya maka hal-hal yang ditakuti oleh orang tua akan muncul, seperti dewasa sebelum waktunya, dan lain-lain. Namun, stasiun-stasiun tv sekarang sudah sangat jelas menampakkan di layar kaca tv tentang umur, seperti ada tulisan “BO” dan lain-lain.
3.      Mengarahkan pada kegiatan outdoor
Mengarahkan kegiatan outdoor sama dengan mengembangkan hobi. Dengan memilki hobi yang cukup banyak, maka sedikit demi sedikit akan melupakan kecanduaanya terhadap tv. Usahakan kegiatan outdoor ini menyenangkan, sehingga menarik perhatian anak untuk melakukannya lagi.
Dari dampak-dampak yang ditimbulkan di atas kebanyakan dampak negative. Namun, kita tidak boleh melupakan dampak-dampak positif yang ditimbulkan dari menonton tv, seperti memberikan pengetahuan yang lebih optimal dengan cara melibatkan indra mata dan telingga, membuka cara berpikir seseorang dalam menyikapi berbagai fenomena yang ada, mampu mengetahui berbagai macam keadaan yang jauh tempatnya, dan yang lebih utama lagi adalah banyak para ahli berpendapat bahwa televisi bisa digunakan sebagai media pembelajaran guna menunjang proses pembelajaran. Sekolah-sekolah saat ini sudah banyak menggunakan tv sebagai media pembelajaran guna menunjang proses pembelajaran dan juga mencapai tujuan yang ingin dicapai. Namun, perlu diingat bahwa tidak semua mata pelajaran bisa menggunakan tv sebagai media pembelajaran.


b.      Cara mengatasi kecanduan Internet/games pada anak:
1.      Mengembangkan hobi
Mengembangkan hobi dapat membantu menjaga pikiran dari surfing internet. Tentunya hobi yang dikembangkan bukan hobi internetan. Memiliki hobi tidak hanya menghemat dari bahaya kecanduan internet, tetapi juga memiliki pengaruh positif pada kehidupan anak secara keseluruhan. Pikiran kita selalu memerlukan sesuatu atau hal yang lain untuk tetap terlibat. Seseorang rentan terhadap kecanduan jika ia tidak belajar bagaimana untuk melibatkan pikiran dalam sesuatu yang berharga. Hobi bukan hanya gangguan atau pencegah dari kecanduan, dapat mengubah keadaan pikiran anda dan dapat membuat anda lebih bahagia. Hobi tidak hanya akan membantu anda menyingkirkan kecanduan, tetapi juga mengubah pandangan anda terhadap kehidupan. Perlu diingat bahwa, pengembangan hobi anak juga harus diperhatikan. Kita dapat memfasilitasi hobi anak jika itu memang diaangap perlu (untuk keperluan lomba/diperlombakan) namun bukan berarti hobi yang tidak diperlombakan tidak perlu memenuhi fasilitasnya, namun kadarnya agak dikurangi. Pengembangan hobi harus dilakukan secara optimal agar memberikan kegiatan yang lebih banyak dan sedikitnya waktu luang untuk memikirkan ke arah intternetan lagi.
2.      Bicarakan dengan anak sedini mungkin dari hati ke hati. Tanyakan kepada anak apa yang ia rasakan saat main game? Kemudian ingatkan yang ia rasakan dengan nilai-nilai mata pelajaran yang akhir-akhir ini ia peroleh. Dari kedua pertanyaan itu, sambungkan pertanyaan anada ke hal yang lebih spesifik misalnya saja tentang cita-cita yang ia ingin capai. Katakana pada anak jika ia terus melakukan hal seperti itu, maka yang ia dapatkan hanyalah kerugian semata. Buatlah kesepakatan dengan anak untuk membatasi waktu bermain game dan sepakati bersama tentang hukumannya jika anak melanggarnya (tentunya perlu digaris bawahi bukan hukuman fisik).
3.      Luangkan waktu untuk bermain dengan anak.
      Sering-seringlah para orang tua untuk meluangkan waktunya untuk anak. Jangan hanya mengurusi pekejaan saja, namun melupakan hal yang menjadi prioritas utama anak dalam hal “kasih sayang”. Kasih sayang tidak hanya diberikan secara materil saja melainkan non materil. Non materil ini seperti rasa kasih sayang, rasa peduli, dan dapat meluangkan waktu. Jangan salahkan anak jika anak lebih dekat dengan games yang ada di computer melainkan dengan anda sendiri selaku orang tua. Jadi, orang tua yang bijaksana dapat memberikan waktu luang untuk anak-anaknya meskipun sesibuk-sibuknya mereka.
4.      Memberikan kata-kata positif kepada anak
Memberikan kata-kata positif disini bermaksud untuk mempertahankan/meningkatkan perilakunya, atau bisa  disebut juga dengan penguatan positif. Seperti contoh, jika ia sudah bisa sedikit demi sedikit merubah prilakunya dalam hal bermain game berikan ia sedikit pujian. “nah, kan lebih bagus kalau kamu tidak hanya bermain dengan computer saja, kamu bisa bermain dengan teman-temanmu dan kamu bisa memiliki banyak teman”. Namun, perlu diingat pujian tidak dapat diberikan setiap anak, melainkan pada waktu-waktu tertentu saja, hal ini dikarenakan akan membuat anak merubah tingkah lakunya berdasarkan menginginkan pujian dari orang tua bukan berdasarkan kemauannya sendiri.
5.      Mengajak anak untuk meningkatkan spritualitasnya
Para orang tua dapat mengajak sang anak untuk beribadah bersama ke tempat peribadatan. Tujuan utamanya adalah memberinya lingkungan positif, hangat dan penuh perhatian. Justru disini anak membutuhkan sosok yang ia harus teladani. Sebagai orang tua yang baik, jika ingin mengajarkan agama kepada anak-anaknya, perlu menjadi contoh yang teladan agar mudah diteladani. Tidak bisa hanya asal menyuruh atau mengajak namun memberikan contoh yang baik dan real.
Hasil Review dan komentar dari Ketut Andi Prahasta (1211031024) kelas A, PGSD semester  IV. Dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah kerajinan tangan dan seni rupa.

Kerajinan Tangan dan Seni Rupa


Membatik Sederhana Guna Meningkatkan Keterampilan Mahasiswa PGSD Sebagai Calon Guru SD



Seni batik merupakan salah satu kesenian khas Indonesia yang telah sejak berabad-abad lamanya hidup dan berkembang, sehingga merupakan salah satu bukti peninggalan sejarah bangsa Indonesia. Batik merupakan lukisan di atas kain yang digunakan sebagai bahan dasar pembuatan pakaian. Batik terdiri dari setiap motif dan setiap motif memiliki makna tersendiri. Secara umum membatik merupakan sebuah teknik menahan warna dengan lilin malam secara berulang-ulang di atas kain. Lilin malam digunakan sebagai penahan untuk mencegah agar warna tidak menyerap ke dalam serat kain di bagian-bagian yang dikehendaki. Sedangkan batikan disebut hasil dari membatik. Pembatik adalah orang yang pekerjaannya membatik membuat kain batik. Sedangkan prosesnya disebut sebagai pembatikan.
Dewasa ini proses pembatikan masih dilestarikan di beberapa daerah di Indonesia. Namun yang patut kita sayangkan adalah penggunaan pakaian batik di kalangan masyarakat saat ini sudah semakin memudar. Terbukti bahwa, para generasi penerus bangsa saat ini lebih memilih untuk menggunakan pakaian yang berasal dari luar, bahkan sudah agak melenceng dari norma-norma yang berlaku. Memang tidak ada salahnya kita mengenal budaya luar dalam hal berpakaian namun apa salahnya jika kita lebih mengenal budaya kita sendiri khusunya dalam hal mengenakan pakaian batik. Jangan salahkan jika suatu sat nanti salah satu ciri khas bangsa Indonesia diambil lagi oleh negri tetangga. Belajar dari pengalaman-pengalaman terdahulu bahwa tari khas bali diambil oleh negri tetangga. Ini disebabkan oleh ketidakmampuan kita dalam hal menjaga dan melestarikan ciri khas/kebudayaan kita sendiri. Jadi melalui tulisan ini, saya mengajak saudara-saudara semua untuk lebih melestarikan tradisi kita yaitu membatik. Jika membatik dianggap susah untuk sebagian orang, namun kita cukup untuk mengenakan pakaian batik sudah mencerminkan jati diri sebagai masyarakat bangsa Indonesia.
Mungkin sebagaian orang beranggapan bahwa membatik itu susah. Memang benar membatik dalam selembar kain itu memerlukan bakat khusus. Namun kita tidak boleh menyerah dengan itu, kita bisa membatik di atas selembar kertas gambar A4. Saya sebagai mahasiswa PGSD sebagai calon guru SD nantinya mengajak kalian semua untuk membatik di atas selembar kertas gambar. Membatik di atas selembar kertas gambar tidak menggunakan alat seperti membatik diatasselembar kain. Namun membatik di atas selembar kertas gambar hanya membutuhkan beberapa alat yang mudah ditemukan, seperti crayon, cat air, kertas gambar, valet, kuas, dan lain-lain. Sebelum membatik, kita harus mengetahui apa yang akan kita gambar. Pertama-tama yang mesti kita lakukan adalah membuat sketsa dengan pensil. Hal ini dilakukan agar mudah memperbaiki bagian yang ingin diperbaiki sebelum menggunakan crayon. Jika sudah ahli dalam melukis bisa langsung melakukan crayon untuk membuat batik sederhana. Setelah selesai membuat sketsa batik menggunakan pensil, baru menggunakan crayon sesuai dengan sketsa yang sudah dibuat tadi. Penggunaan crayon dalam hal pewarnaan harus menggunakan warna yang lebih pekat atau agak ditebalkan dalam proses pembuatan bati dengan crayon. Hal ini bertejuan agar nantinya pada saat memberi latar pada batik menggunakan cat air, warna crayon tidak terlalu tenggelam. Setelah selesai menggunakan crayon, baru kita menyiapkan warna pada cat air yang diinginkan. Sebaiknya dalam proses pewarnaan dengan cat air, usahakan memilih warna yang kontras atau berbeda dengan batik yang sudah digambar dari crayon. Pada tahap pewarnaan menggunakan cat air, tahap ini adalah tahap akhir. Pembatikan dalam kertas gambar ini tidak perlu gambar yang terlalu ribet, namun cukup gambar yang sederhana saja.
Dengan kegiatan membatik sederhana ini, akan sangat membantu kita sebagai mahasiswa PGSD yang nantinya kita akan terjun ke dunia anak-anak yang masih sangat perlu ditanamkan nilai-nilai seni yang sederhana guna melestarikan kesenian dan kebudayaan bangsa Indonesia. Membatik sederhana ini juga melatih keterampilan mahasiswa dalam hal menggunakan media pembatikan di kertas gambar seperti, crayon, cat air, valet, kertas gambar, kuas, dan lain-lain. Selain mengajarkan keterampilan, membatik sederhana juga dapat memberikan contoh ataupun teladan bagi kita semua guna lebih melestarikan kebudayaan bangsa Indonesia. 

oleh: Ketut Andi Prahasta _ NIM: 1211031024 _ KLS:A _ PGSD _ Smt_IV

Kamis, 13 Maret 2014

Pendidikan Seni Rupa 2


Teori Seni Rupa Barat

Seni merupakan cipta, rasa dan karsa yang memiliki nilai keindahan. Seni juga dapat diartikan suatu imajinasi seseorang. Pengertian seni itu relatif tergantung dari sudut orang yang memandang. Setiap goresan yang dihasilkan itu memiliki makna tersendiri. Seni yang mengutamakan unsur gerak disebut seni Tari sedangkan seni yang mengutamakan unsur bentuk disebut seni Rupa. Teori umum seni rupa menurut seni rupa barat dapat dibedakan menjadi dua yaitu seni murni dan seni terapan.  

1.Seni Murni:
Seni murni merupakan seni yang dibuat untuk mengekspresikan nilai budaya dan keindahan. Artinya, seni murni tidak memiliki fungsi lain selain sebagai hiasan. seni yang tercipta bebas tanpa mempertimbangkan segi fungsi dan kegunaannya. Tetapi lebih mengutamakan fungsi keindahan. Karya seni rupa murni diciptakan khusus berdasarkan kreativitas dan ekspresi pribadi pembuatnya. Tetapi apa yang disebut Seni Murni pada awal penciptaannya bisa saja bergeser menjadi seni terap(an) ketika sebuah karya seni murni itu dapat dilihat dari segi lain. Artinya bahwa karya seni yang dulunya hanya sebagai fungsi keindahan saja kini sudah bisa mengalihkan fungsinya menjadi ganda yaitu bisa sebagai keindahan (fungsi estetik) dan juga bisa sebagai fungsional (dapat memenuhi kebutuhan hidup manusia). Tidak dapat dipungkiri bahwa, karya seni yang diciptakan sekarang ini lebih banyak menganut dua fungsi sekaligus yaitu fungsi estetetis dan juga fungsional. Namun perlu diingat bahwa tidak semua hasil karya seni murni dapat difungsikan ganda, namun ada beberapa karya seni murni yang tidak bisa digandakan fungsinya, contoh lukisan, seni patung, seni kaligrafi, seni graffiti, dan lain sebagainya.

         2. Seni Terap(an):
Seni Terap(an) adalah hasil karya seni yanglebih mengutamakan kegunaannya atau fungsi pakainya disamping dapat dinikmati mutu seninya. Seni terap(an) ini dapat memiliki fungsi ganda. Sudah barang tentu bahwa hasil dari seni terap(an) ini dapat memiliki fungsi pragmatis (memenuhi keperluan hidup manusia) dan juga fungsi estetis. Membuat karya seni rupa terapan tidak sebebas membuat karya seni rupa murni karena di dalamnya harus mempertimbangkan persyaratan-persyaratan tertentu, seperti syarat keamanan (security), kenyamanan (comfortable), dan keluwesan dalam penggunaan (flexibility). Jadi, initinya seni terap(an) ini memiliki fungsi untuk memenuhi kebutuhan fisik dan psikologis (kejiwaan) manusia yang tidak hanya bisa di pandang keindahannya, namun juga dapat di pergunakan dalam kehidupan sehari-hari. Seni rupa terapan memiliki fungsi guna atau pakai. Artinya selain sebagai benda yang bernilai seni (artistik) juga sebagai benda yang indah (estetis) dan dapat digunakan untuk kepentingan manusia.
Adapun pembagian hasil seni dari seni murni dan seni terap(an), sebagai berikut:
Seni Murni
Seni Terap(an)
Pure Art
Fine Art
Applied Art
Seni Lukis
Seni Bangun
Seni Patung
Seni Tenun
Seni Arsitektur
Seni Krya
Seni Pahat
Seni Batik
Seni Grafiti
Seni Baliho (Reklame)
Seni Kaligrafi
Seni Famplet (Reklame)
Seni Dekorasi
Seni Poster (Reklame)
Seni Grafis
Seni Pahat
Seni Fotografi
Seni Grafis
Seni Ukir
Seni Fotografi

Seni Ukir
Note : yang termasuk ke dalam seni krya adalah logam, kayu, fiber, plastic, batuan, keramik, tanah liat, batik, tekstil.
Selain dapat dilihat dari fungsinya, seni juga dapat dilihat dari segi yang lain, seperti “kelas sosial”. Maksud dari kelas sosial ini adalah penyebutan nama dari seniman tersebut. Bukan karena hasil lukisannya. Hasil lukisannya justru sangat berbeda meskipun mendiami satu tempat yang sama. Seperti contoh orang kota (pekota) sering menyebut hasil lukisannya sebagai design dan mereka sering menyebut dirinya sebagai seniman. Orang kota (pekota) beranggapan bahwa teori seni rupa kebanyakan dibuat oleh orang kota. Lain halnya dengan seniman yang berasal dari desa (pedesa), mereka tidak menginginkan/ tidak berharap agar disebut dengan panggilan seniman, namun mereka sering disebut oleh orang pekota sebagai “artisan” (perajin, tukang, kriyawan). Hal ini dilatarbelakangi oleh harus adanya jarak di antara orang kota dan orang desa. Orang kota tidak mau untuk disama-samakan dengan orang desa baik itu dari penyebutan nama, hasil karyanya, dan lain sebagainya. Menurut hasil karyanya orang kota tidak selalu lebioh bagus hasil karyanya dibandingkan dengan orang desa. Hasil karya seorang seniman justru berbeda-beda meskipun mendiami tempat yang sama sekalipun. Jadi diharapkan bagi seniman-seniman muda sekarang, agar menghilangkan paradigm berpikir seperti itu agar semua seniman dapat saling menghargai dan tidak adanya jarak yang menghalangi. Masalah karya mana karya seni yang lebih bagus itu tidak hanya dapat diukur oleh dimana orang itu tinggal melainkan bagaimana ia membuat, menekuni, menghayati dan bertanggung jawab atas setiap lukisannya. Terima Kasih.