Teori
Seni Rupa Barat
Seni merupakan cipta, rasa dan
karsa yang memiliki nilai keindahan. Seni juga dapat diartikan suatu imajinasi
seseorang. Pengertian seni itu relatif tergantung dari sudut orang yang
memandang. Setiap goresan yang dihasilkan itu memiliki makna tersendiri. Seni
yang mengutamakan unsur gerak disebut seni Tari sedangkan seni yang
mengutamakan unsur bentuk disebut seni Rupa. Teori umum seni rupa menurut seni
rupa barat dapat dibedakan menjadi dua yaitu seni murni dan seni terapan.
1.Seni Murni:
1.Seni Murni:
Seni murni merupakan seni yang
dibuat untuk mengekspresikan nilai budaya dan keindahan. Artinya, seni murni
tidak memiliki fungsi lain selain sebagai hiasan. seni yang tercipta bebas tanpa
mempertimbangkan segi fungsi dan kegunaannya. Tetapi lebih mengutamakan fungsi
keindahan. Karya seni rupa murni diciptakan khusus berdasarkan kreativitas
dan ekspresi pribadi pembuatnya. Tetapi apa yang disebut Seni Murni pada awal
penciptaannya bisa saja bergeser menjadi seni terap(an) ketika sebuah karya
seni murni itu dapat dilihat dari segi lain. Artinya bahwa karya seni yang
dulunya hanya sebagai fungsi keindahan saja kini sudah bisa mengalihkan
fungsinya menjadi ganda yaitu bisa sebagai keindahan (fungsi estetik) dan juga
bisa sebagai fungsional (dapat memenuhi kebutuhan hidup manusia). Tidak dapat
dipungkiri bahwa, karya seni yang diciptakan sekarang ini lebih banyak menganut
dua fungsi sekaligus yaitu fungsi estetetis dan juga fungsional. Namun perlu
diingat bahwa tidak semua hasil karya seni murni dapat difungsikan ganda, namun
ada beberapa karya seni murni yang tidak bisa digandakan fungsinya, contoh
lukisan, seni patung, seni kaligrafi, seni graffiti, dan lain sebagainya.
2. Seni
Terap(an):
Seni Terap(an) adalah hasil karya seni yanglebih
mengutamakan kegunaannya atau fungsi pakainya disamping dapat dinikmati mutu
seninya. Seni terap(an) ini dapat memiliki fungsi ganda. Sudah barang tentu
bahwa hasil dari seni terap(an) ini dapat memiliki fungsi pragmatis (memenuhi
keperluan hidup manusia) dan juga fungsi estetis. Membuat karya seni rupa terapan
tidak sebebas membuat karya seni rupa murni karena di dalamnya harus
mempertimbangkan persyaratan-persyaratan tertentu, seperti syarat keamanan (security),
kenyamanan (comfortable), dan keluwesan dalam penggunaan (flexibility).
Jadi, initinya seni terap(an) ini memiliki fungsi untuk
memenuhi kebutuhan fisik dan psikologis (kejiwaan) manusia yang tidak hanya
bisa di pandang keindahannya, namun juga dapat di pergunakan dalam kehidupan
sehari-hari. Seni rupa terapan memiliki fungsi guna atau pakai. Artinya selain
sebagai benda yang bernilai seni (artistik) juga sebagai benda yang indah
(estetis) dan dapat digunakan untuk kepentingan manusia.
Adapun pembagian hasil seni dari seni murni dan seni
terap(an), sebagai berikut:
Seni
Murni
|
Seni
Terap(an)
|
Pure
Art
Fine
Art
|
Applied
Art
|
Seni
Lukis
|
Seni
Bangun
|
Seni
Patung
|
Seni
Tenun
|
Seni
Arsitektur
|
Seni
Krya
|
Seni
Pahat
|
Seni
Batik
|
Seni
Grafiti
|
Seni
Baliho (Reklame)
|
Seni
Kaligrafi
|
Seni
Famplet (Reklame)
|
Seni
Dekorasi
|
Seni
Poster (Reklame)
|
Seni
Grafis
|
Seni
Pahat
|
Seni
Fotografi
|
Seni
Grafis
|
Seni
Ukir
|
Seni
Fotografi
|
Seni
Ukir
|
Note : yang
termasuk ke dalam seni krya adalah logam, kayu, fiber, plastic, batuan,
keramik, tanah liat, batik, tekstil.
Selain dapat dilihat dari fungsinya,
seni juga dapat dilihat dari segi yang lain, seperti “kelas sosial”. Maksud
dari kelas sosial ini adalah penyebutan nama dari seniman tersebut. Bukan
karena hasil lukisannya. Hasil lukisannya justru sangat berbeda meskipun
mendiami satu tempat yang sama. Seperti contoh orang kota (pekota) sering
menyebut hasil lukisannya sebagai design dan
mereka sering menyebut dirinya sebagai seniman. Orang kota (pekota) beranggapan
bahwa teori seni rupa kebanyakan dibuat oleh orang kota. Lain halnya dengan seniman
yang berasal dari desa (pedesa), mereka tidak menginginkan/ tidak berharap agar
disebut dengan panggilan seniman, namun mereka sering disebut oleh orang pekota
sebagai “artisan” (perajin, tukang, kriyawan). Hal ini dilatarbelakangi oleh
harus adanya jarak di antara orang kota dan orang desa. Orang kota tidak mau
untuk disama-samakan dengan orang desa baik itu dari penyebutan nama, hasil
karyanya, dan lain sebagainya. Menurut hasil karyanya orang kota tidak selalu
lebioh bagus hasil karyanya dibandingkan dengan orang desa. Hasil karya seorang
seniman justru berbeda-beda meskipun mendiami tempat yang sama sekalipun. Jadi
diharapkan bagi seniman-seniman muda sekarang, agar menghilangkan paradigm
berpikir seperti itu agar semua seniman dapat saling menghargai dan tidak
adanya jarak yang menghalangi. Masalah karya mana karya seni yang lebih bagus
itu tidak hanya dapat diukur oleh dimana orang itu tinggal melainkan bagaimana
ia membuat, menekuni, menghayati dan bertanggung jawab atas setiap lukisannya.
Terima Kasih.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar